Banyak sekali kita dengar dari golongan yang memusuhi dan anti sufi bahwa ulama sufi tidak pernah mengikuti peperangan jihad fisabilillah, mereka hanya sibuk dengan ibadah dan melupakan kewajiban jihad, mereka mencoba untuk menghilangkan sejarah yang pernah diukir oleh pembesar-pembesar sufi yang ikut dalam perjuangan melawan kafir-kafir penjajah negeri islam, mereka memutar balikkan fakta yang ada, selanjutnya mereka membanggakan diri dengan menyebut sebagai pahlawan yang mati-matian menyerang musuh islam dan mengobarkan panji jihad, mereka adalah musuh Amerika yang tidak takut mati, musuh umat kristen yang gagah berani, ditangan mereka berdirinya syari`at, merekalah kelompok yang benar dan berjaya mendapatkan naungan surga.
Tetapi apakah jihad mereka sesuai dengan peraturan al-Qur`an dan sunnah Nabi, kenapa banyak umat islam yang mereka bunuh dengan letupan bom, berapa banyak nyawa melayang dengan serangan bom rakitan yang diledakkan oleh mereka, berapa banyak perempuan yang jadi janda hanya karena tidak faham makna jihad sebenarnya, berapa banyak anak-anak menjadi yatim karena bom bunuh diri, Bali yang indah digoncang oleh bom atas nama jihad mereka, Jakarta yang megah diserang bom atas nama jihad, Besawir Pakistan yang meriah hancur luluh lantah dihantam bom bunuh diri atas nama jihad, Syarmun Syeikh Mesir yang cerah tidak ketinggalan di bom oleh mereka, somalia menjadi tempat darah bersimbah hanya atas nama jihad, yang mati juga orang islam, yang diperangi juga orang islam, inikah jihad mereka, padahal Rasulullah saw melarang kita untuk membunuh kafir Zimmi, bagaimana pula mereka membunuh umat islam?
Para ulama sufi dari dahulunya memang sudah dikenal tangguh di medan perang, mereka tidak pernah takut mengikuti peperangan, tetapi mereka tidak suka membesar-besarkan keikutsertaan mereka di dalam peperangan, karena hal tersebut bisa membuat niat tidak ikhlas. Sebab itulah Imam Bukhari meletakkan hadits niat di dalam bab berjihad fisabilillah, karena niat yang ikhlas dalam bejihad sangat penting sekali, orang yang mati dalam peperangan fisabilillah jika tidak memiliki niat yang ikhlas maka dia mati sia-sia tidak mendapatkan gelar syahid.
Tetapi diantara para Sufi yang mengikuti peperangan melawan kaum kuffar ada terdapat sebagiannya yang telah ditulis oleh sejarah, diantara ulama-ulama sufi yang mengikuti peperangan melawan musuh adalah :
1 - Imam Abu Hasan Syadzuli, sebagai Imam Sufi yang teragung, dan telah menggambungkan ilmu hakikat dan syari`at, Qutub pada zamannya, mengikuti peperangan yang terjadi di Kota Mansurah ( Mesir ) pada tahun 642 hijriyah. Walaupun umur beliau telah melewati enam puluh tahun, mata beliau telah buta tetapi tidak mematikan semangatnya untuk menyertai jihad fisabilillah. Siang malam beliau berdo`a agar Allah memberikan kemenangan dalam peperangan melawan pasukan Salib yang datang melalui kota Dimyath. Akhirnya pada suatu malam beliau mendapat kabar gembira dari Rasulullah saw dalam mimpinya tentang kemenangan umat islam. Sulthan ulama izzuddin Abdussalam meminta pasukan Islam mendengarkan kabar gembira dari Syeikh Abu Hasan Syadzuli sehingga kabar gembira tersebut menjadi kenyataan yang indah, pasukan salib dapat dikalahkan bahkan Raja Lois IX ditawan oleh umat islam dan diletakkan dirumah Ibnu Luqman dikota Mansurah ini terjadi pada tahun 648, tempat ini masih ada sampai sekarang, syeikh Abu Hasan meninggal dunia pada tahun 656 hijriyah dan dikuburkan di Humaisara. (1 )
2 - Syeikhul Islam Sulthonul ulama al-Mujtahid Izzuddin Abdussalam merupakan seorang sufi yang hebat dan berani, beliau merupakan ulama yang sangat ditakuti dan di segani, tidak hanya ahli dalam ilmu agama tetapi juga ikut tampil didalam peperangan melawan musuh islam, keberaniannya juga terlihat dihadapan para pemerintahan islam yang tidak patuh terhadap ajaran agama, beliau juga selalu mengikuti pengajian Syeikh Abu Hasan Syadzili dan sangat menghormatinya, diantara peperangan yang beliau ikuti adalah :
a ) Peperangan Salib yang terjadi di kota Mansurah menghadang pasukan musuk yang datang melalui kota Dimyath menuju kota Kairo, didalam peperangan ini beliau beserta Syeikh Abu Hasan Syadzuli ikut terjung langsung ke medan jihad sehingga tertawannya Raja Lois IX, diantara peristiwa yang sangat dikenang ketika itu adalah teriakan Syeikh Izzuddin kepada angin ketika melihat banyaknya kapal-kapal perang Francis yang menghadap ke dermaga Dimyath, dengan suara yang kuat Syeikh Izzuddin berkata : ” Wahai angin hancurkan meraka “, ketika itu juga angin menghancurkan kapal-kapal perang Francis, sehingga seorang prajurit muslim mengatakan : Segala puji bagi Allah yang telah melihatkan kepada kami dari golongan umat Nabi Muhammad yang telah Allah mudahkan untuk menundukkan angin.
b) Peperangan melawan Tatar, ketika itu Tatar telah menguasai Baghdad dan ingin menuju Syam, mendengar kabar kedatangan tentra Tatar yang tidak berprikemanusian dan terkenal biadap, maka Sulton Saifuddin Quthruz mempersiapkan tentera untuk menyerang pasukan Tatar, tetapi serangan tersebut setelah hari raya, Syeikh Izzuddin menyeru kepada Sulthan agar menyerang mereka ketika bulan ramadhan dan menjanjikannya dengan kemenangan, janji tersebut menjadi kenyataan sehingga pasukan Tatar ( Mongngolia ) kalah didalam peperangan Ainul Jalut pada tahun 658 hijriyah. Beliau meninggal dunia tahun 660 hijriyah (2 ).
(Bersambung bahagian 2)
No comments:
Post a Comment